Penggabungan dua kata tersebut membentuk arti \\\\\\\"Mesjid Bambu yang Berduri\\\\\\\". Ternyata dibalik nama tersebut ada sejarah yang sangat menarik untuk diketahui. Pada saat itu, terdapat seorang teungku chik (ulama) yang merupakan seorang pendatang yang kini tinggal dan menetap di Gampong Manyang. Beliau mendirikan sebuah Mesjid yang bahan dasarnya berasal dari bambu asli yang berduri.
Semua bahan dasar yang diolah menjadi mesjid ini merupakan kepemilikan teungku chik seorang. Beliau tidak mengizinkan seorang pun menaruh bahan milik orang lain di mesjid tersebut. Setelah rampung, mesjid ini pun dinamakan Mesjid Trieng Meuduroe. Namun, sekitar tahun 2000an lalu, mesjid yang terbuat asli dari bambu tersebut direnovasi. Keputusan ini sangat dipertimbangkan dengan matang. Hal ini dikarenakan keputusan renovasi mesjid ini bukan yang pertama kalinya. Masyarakat telah berkali kali ingin merenovasinya, namun terjadi banyak hambatan. Masyarakat Desa Manyang yakin itu pertanda bahwa \\\\\\\"Beliau\\\\\\\" tidak mengizinkan rencana renovasi tersebut.
Namun keputusan renovasi mesjid kali ini berjalan dengan lancar, tanpa hambatan apapun. Sehingga masyarakat menjadi lebih yakin bahwa \\\\\\\"beliau\\\\\\\" telah mengizinkannya. Di belakang Mesjid ini, terdapat makam Teungku Chik Trieng Meuduroe beserta sebuah guci yang keramat. Namun guci yang berada disana sudah pecah dikarenakan bertabrakan dengan guci yang lain. Guci tersebut berisi air yang mujarab dan dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan penyakit mata. Sampai sekarang masyarakat setempat juga sering berkunjung ke mesjid dan makam tersebut untuk mendapatkan berkat.
Banyak cerita-cerita sejarah tentang Teungku Chik dan Mesjid Trieng Meuduroe yang menarik untuk didengar. Salah satunya pernah ketika seorang dari gampong tetangga berkunjung ke Mesjid Trieng Meuduroe dan mengambil sesuatu dari kawasan tersebut. Kemudian saat pulang dia diikuti oleh seekor ular, dan perutnya mulai membesar. Ketika mengetahui bahwa hal ini dikarenakan oleh sesuatu yang diambilnya, ia langsung mengembalikannya ke tempat asal, dan akhirnya ia tidak lagi diikuti oleh ular, perutnya pun mulai kembali semulanya.
Hingga sekarang Mesjid tersebut masih merupakan tempat yang bersejarah dan menjadi tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat dengan berbagai tujuan. Sejarah mesjid ini dikenang oleh masyarakat dan ceritanya terus berlanjut dari generasi ke generasi. Mesjid ini juga sangat di lindungi dan dirawat dengan baik oleh masyarakat Desa Manyang.